Wujudkan Visi, Samosir Harus Kembangankan Potensi Pariwisata Berbasis Regional

Oleh : Rikchal Raffles Siallagan

Sektor pariwisata merupakan sektor yang selalu menjanjikan bagi sumber penghasil devisa, karena memiliki multipliereffects bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu merupakan sebuah keharusan bagi seluruh stakeholders di Kawasan Danau Toba, khususnya di Kabupaten Samosir yang terlibat untuk mengelola sektor ini dengan baik.

Seperti kita ketahui, Kabupaten Samosir memiliki banyak potensi pariwisata, seperti wisata alam, budaya dan sejarah, yang memiliki ciri khas tersendiri. Kekhasan budaya dan daya tarik pariwisata Samosir pun tak diragukan lagi, mulai dari dapur (kuliner), pakaian adat, budaya, rumah, kegiatan sehari-hari, seni, agama, hingga panorama alam dengan ciri khas Danau Toba yang semua memiliki karakter memesona wisatawan.

Setiap tahunnya, berbagai even-even yang digelar Pemerintah Kabupaten Samosir untuk menarik minat wisatawan manca maupun domestik, seperti even tahunan Lake Toba Ecotourism Sport (kerjasama Kabupaten se-kawasan Danau Toba), Paragliding, Pesta Budaya seperti Gondang Naposo. Untuk tahun ini misalnya, Pemerintah Kabupaten Samosir telah banyak menggelar even nasional dan internasional untuk menggairahkan sektor pariwisata, seperti Fstival Internasional Pemuda dan Olah Raga Bahari, Samosir Lake Toba Paragliding International Open Competition (SLTPIOC), Horas Samosir Fiesta (HSF) dan pesta-pesta budaya lainnya.

Berbagai even di atas, seperti LETS dan FIPOB menggambarkan kesan bahwa citra pariwisata daerah yang berdiri sendiri-sendiri mulai berubah, menuju sebuah agenda pengembangan wisata berbasis kawasan. Hal ini penting dilakukan, karena bagaimanapun seluruh Kabupaten di kawasan Danau Toba memiliki potensi wisata yang tak kalah menariknya. Sebut saja Dolok Tolong (Tobasa) sebagai salah satu lokasi Gantole dan Paralayang, Salib Kasih (Taput) sebagai wisata rohani, Parapat (Simalungun), Taman Wisata Iman Sitinji (Dairi), Tonging (Karo) merupakan panorama alam, Objek Wisata Batu Aspal (Humbahas), dll.

Selain itu, agenda wisata yang melibat beberapa Kabupaten di kawasan akan menjadi sebuah paket menarik bagi wisatawan. Apalagi paket wisata ini didukung oleh pengelolaan dan jaringan yang maksimal. Paket ini tidak melulu harus berbentuk paket wisata perjalanan, bisa saja lewat pagelaran seni dan budaya, bahkan juga melalui media interaktif.

Alternatif lain juga bisa melibat lingkup yang lebih besar seperti pengembangan wisata khas Batak yang melibatkan beberapa Kabupaten di Kawasan Danau Toba, seperti Samosir, Simalungun, Tobasa, Dairi, Taput, Karo dan Humbahas.

Pengembangan pariwisata berbasis kawasan ini diharapkan mampu untuk pemerataan pemasukan bagi sektor pariwisata di daerah-daerah kunjungan wisata. Karena melalui program ini ada distribusi kunjungan wisatawan, yang berarti membelanjakan kebutuhannya tidak hanya di satu tempat saja tetapi di beberapa tempat. Namun, langkah-langkah ini benar-benar harus dipersiapkan dengan seksama untuk menghindari kompetisi yang berlebihan antar kawasan seputar Danau Toba.

Masing-masing Kabupaten harus memiliki jadwal atraksi budaya yang berbeda dengan Kabupaten lainnya, kalau pun sama mengusahakannya dalam format yang berbeda, karena seringkali beberapa program yang sama digunakan untuk menarik wisatawan. Kesan yang muncul kemudian bukannya bagus tetapi membosankan. Oleh karena itu, dibutuhkan komunikasi dan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan oeh masing-masing stakeholders di kawasan Danau Toba.

Oleh Karena itu pembentukan kerjasama Kabupaten se-Kawasan Danau Toba sangat perlu untuk memaksimalkan peran Danau Toba sebagai ikon pariwisata nasional. Sebut saja seperti Badan Otorita Danau Toba, Badan Pariwisata Kawasan Danau Toba harus segera direalisasikan. Untuk itu harus terjalin koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat, Pemprovsu dan Kabupaten lainnya untuk duduk satu meja mensinergikannya.(*)

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com